Wednesday, October 5

Back to Childhood in 60 Minutes

Rabu, 5 Oktober 2011 tercatat sebagai hari ‘enteng’-nya saya. Bangun tidur, sekitar pukul 11 AM (eh buset bangunnya siang amat?) saya mendapatkan telepon dari nomor tak dikenal. To be honest, semenjak lulus kuliah, nomor-nomor tidak dikenal seringkali menyambangi nomor handphone saya. Pada awalnya saya merasa risih karena sempat mengira telepon itu berasal dari orang iseng, namun ternyata telepon itu berasal dari kantor-kantor yang secara random saya kirimi surat lamaran pekerjaan. Karenanya, saya selalu merasa senang.

Hari ini saya dapat telepon dari suatu perusahaan media di Jakarta, dan saya diundang untuk menjalankan psikotes pada hari Jumat. Tanpa pikir panjang, saya langsung mengiyakan. I always think that there’s only one chance in life, because the second chance is just like another chance for you to try. Inilah alasan kenapa di siang kopong begini saya tersenyum-senyum sendiri di dalam kamar.
Hari ini begitu panjang, tapi menyenangkan. Sebelum menutup hari, saya sempat mengajak sahabat saya yang juga teman sekelas saya ketika kuliah untuk pergi ke Pasar Malam di dekat kosan. Dengan agak memaksa, saya ajak Jul untuk menemani saya berkeliling di Pasar Malam saat itu juga. Saya memang orang yang agak pemaksa, namun saya senang jika sahabat-sahabat saya tahu apa yang harus dilakukan jika saya sedang memaksa: menurut. Maka, jadilah kami berdua berwisata malam ke Pasar Malam.


 
Pasar Malam saat itu tidak terlalu ramai, mungkin karena ini bukan hari libur. Tapi saya dan Jul berhasil membuat malam itu jadi sedikit lebih menyenangkan dibandingkan tumpukan DVD yang belum sempat tertonton.
Karena saya selalu membawa-bawa pocket camera milik saya kemana pun saya pergi, maka saya tidak melewatkan sedikit pun momen-momen asyik di Pasar Malam itu. Saya dan Jul menaiki Ferris wheel, atau di dalam bahasa Indonesianya “bianglala”. Saya dan Jul juga menaiki “Ombak Banyu”, yang dimana saya dibuat tercengang oleh para mas-mas yang melompat-lompat dan meliuk-liukkan pinggangnya di udara sambil memegang kayu “ombak banyu” agar ia bisa berputar. Tidak lupa ‘sedikit’ masuk ke lubang nista perjudian dimana yang bisa melempar gelang tepat masuk ke dalam bungkus rokok, maka akan mendapatkan satu bungkus rokok itu. Hingga pada akhirnya, kami sama-sama membeli kerak telor sebagai santap malam untuk dibawa pulang.
Sebagai mbak dan mas yang sudah mau uzur, kami sejenak lupa pada semua permasalahan. Entah apa yang ada di pikiran Jul, tapi saya melupakan total permasalahan saya yang sangat susah untuk saya kendalikan, setidaknya pada saat itu saja. :)
1.       Nah! Ini dia Ferris Wheel-nya Dufan versi Sarijadi. Cantik, bukan?






2.       Mukanya Jul yang (keliatan banget) capeknya. Atau mungkin emang seperti itu mukanya? Who knows.


3.       Manyun seksi dulu gan!



4.       “Judi Rokok” yang hamper membutakan logika Jul. Dia udah beli 2 tiket dan berencana untuk menambah lagi. Untung saya ingatkan, daripada beli tiket terus lempar-lempar gelang tapi ga masuk-masuk, mending sekalian beli rokoknya satu bungkus. Lalu Jul pun dengan bijak mengurungkan niatnya untuk berjudi lagi.



5.       Tukang kerak telor yang depresi karena skripsi gak beres-beres. :(





Sayangnya saya ‘gak sempat memotret bagaimana kerennya mas-mas di permainan “ombak banyu”, dan saya juga tidak sempat memotret bagaimana keadaan stand-stand permainan lain. Tapi (lagi-lagi) karena pengaruh umur kami yang sudah tua, maka hanya tiga permainan itu saja yang terlihat cocok bagi usia kami. :(
Kurang dari pukul 9 akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Dan malam saya belum berakhir. Ada tumpukan DVD yang saat itu terbayang selama di perjalanan pulang, dan saya harus segera menjamah salah satunya.
Hari Rabu, 05 Oktober 2011 adalah hari yang menyenangkan. Dan dengan postingan blog saya kali ini, saya membuktikan bahwa problems can’t bring me down. In this very second I thank God for everything happened and that will happen. Good Lord!

x.o.x.o

No comments:

Post a Comment